Sabtu

Outbound

Kajian Teori dan Pembahasan
Pengertian Outbound
Outbound adalah sebuah proses dimana seseorang mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilainya langsung dari pengalaman memunculkan sikap-sikap saling mendukung, komitmen, rasa puas dan memikirkan masa yang akan dating yang sekarang tidak diperoleh melalui metode belajar yang lain. Outbound dalam pengertian lainnya adalah cara menggali diri sendiri, dalam suasana menyenangkan dan tempat penuh tantangan yang dapat
menggali dan mengembangkan potensi, meninggalkan masa lalu, berada di masa sekarang dan siap menghadapi masa depan, menyelesaikan tantangan, tugas-tugas yang tidak umum, menantang batas pengamatan seseorang, membuat pemahaman terhadap diri sendiri tentang kemampuan yang dimiliki melebihi dari yang dikira (outwardbound, 2009: 1).

Pengertian lain menyatakan bahwa outbound adalah sebuah petualangan yang berisi tantangan, bertemu dengan sesuatu yang tidak diketahui tetapi penting untuk dipelajari, belajar tentang diri sendiri, tentang orang lain dan semua tentang potensi diri sendiri (outbound, 2009 : 1). Outbound adalah sebuah cara untuk menggali dan mengembangkan potensi anak dalam suasana yang menyenangkan. Outbound digunakan untuk pembelajaran dengan berbagai alasan pula, yaitu outwardbound, 2009: 2) : Sebagai sebuah simulasi kehidupan yang kompleks menjadi sederhana di mana anak mempelajari miniatur kehidupan dengan segala permasalahannya; dengan metode belajar melalui pengalaman (experiental learning) anak mengalami langsung pengalaman yang akan dipelajari; dan outbound dilakukan dnegan penuh kegembiraan, karena berupa permainan hingga anak senang dan dapat menghadapi berbagai tantangan.
Dari pengertian tersebut, jelas terlihat bahwa kegiatan outbound adalah kegiatan yang disusun terencana untuk mencapai tujuan pengembangan potensi anak dan menantang untuk dilakukan. Outbound dilakukan dalam suasana yang menyenangkan di alam terbuka sehingga anak lebih mudah menjalani kegiatan ini. Outbound juga dirancang menantang agar anak tidak mudah bosan ketika melakukan beberapa kegiatan pengembangan sekaligus.
Tujuan Outbound
Secara umum, outbound bertujuan untuk mengembangkan berbagai komponen perilaku siswa untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai siswa dalam kehidupan sehari-hari (Gaia, 2008 : 2). Secara lebih spesifik, outbound dilakukan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut : meningkatkan rasa percaya diri; membuka wawasan baru dalam berinteraksi dengan linkungan sosial serta bekerjasama dengan orang lain; memberikan pengalaman untuk mandiri dan menyelesaikan masalah; meningkatkan kemampuan kreatif dalam menyelesaikan masalah; belajar untuk berkomunikasi secara efektif; meningkatkan rasa percaya diri (AI, 2007 : 2).
Dari kedua pengertian tersebut dapat simpulkan bahwa outbound bertujuan untuk mengembangkan berbagai perilaku dalam kehidupan sehari-hari dalam berhubungan dengan masyarakat.
Metode Kegiatan Outbound
Kegiatan outbound sebagai kegiatan alam dilakukan dengan berbagai metode yang pada intinya adalah meberikan pengalaman langsung pada suatu peristiwa pada anak. Metode-metode yang digunakan dalam dalam outbound adalah (Kemah, 2008) : Permainan kelompok; Kerja kelompok; Petualangan individu; Ceramah; Diskusi (refleksi kegiatan).
Sementara hasil penelitian penulis menemukan bahwa metode kegiatan outbound yang diterapkan di TK antara lain : learning by doing/praktek langsung dimana anak melakukan sendiri kegiatan outbound, bercerita pada saat kegiatan awal dan evaluasi kegiatan, bernyanyi ketika tengah melaksanakan kegiatan, tanya jawab sebagai sarana evaluasi kegiatan, dan demonstrasi/ mencontohkan untuk memberi gambaran cara melakukan kegiatan.
Jadi kegiatan outbound mencakup kegiatan pengembangan untuk kerjasama melalui permainan kelompok ataupun kerja kelompok juga mengembangkan kemampuan individu dalam kegiatan petualangan individu. Setelah itu anak dilatih untuk berani mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi dan menghargai orang lain dalam kegiatan ceramah. Berbagai metode yang diterapkan pada anak usia dini tersebut dibuat menarik dan melibatkan anak secara aktif.
Metode tersebut diterapkan untuk mengefektifkan proses pembelajaran melalui kegiatan outbound. Belajar yang efektif menurut Boyett dan Boyett dalam Ancok memerlukan tahapan-tahapan (Ancok, 2002 : 6-16) :
Experience
Test concept Reflect
Form concept
Siklus Belajar Efektif
(Sumber : Ancok, 7)
1. Pembentukan pengalaman (experience)
Pada tahap ini anak dilibatkan dalam setiap kegiatan atau permainan dalam outbound bersama dengan anak lainya dalam tim atau kelompok. Kegiatan yang berupa permainan dalam outbound merupakan salah satu bentuk pemberian pengalaman secara langsung pada anak. Pengalaman langsung tersebut akan dijadikan sarana untuk menimbullkan pengalaman intelektual, pengalaman emosional, dan pengalaman yang bersifat fisik pada anak (outwardbound, 2008 : 3).
Pada kegiatan outbound pengalaman yang ditimbulkan diusahakan sesuai dengan kebutuhan. Karenanya sebelum kegiatan dilakukan, terlebih dahulu diadakan analisis kebutuhan anak yaitu : (1) penyusunan kebutuhan anak, (2) penyusunan jenis aktivitas, dan (3) penyusunan urutan aktivitas.
2. Perenungan pengalaman (reflect)
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui pengalaman yang diperoleh dari kegiatan yang telah dilakukan. Setiap anak mengungkapkan pengalaman pribadi yang dirasakan pada saat melakukan kegiatan. Pada yang dirasakan secara intelektual, emosional, dan fisikal. Di tahap ini instruktur outbound merangsang anak untuk menyampaikan pengalaman pribadi masing-masing setelah terlibat dalam kegiatan.
3. Pembentukan konsep (form concept)
Pada tahap ini anak mencari makna dari pengalaman intelektual, emosional, dan fisikal yang diperoleh dari keterlibatan dalam kegiatan. Tahap ini dilakukan sebagai kelanjutan tahap refleksi.
4. Pengujian konsep (test concept)
Pada tahap ini anak diajak diskusi guna mengetahui sejauh mana suatu konsep dapat dikuasai anak. Instruktur juga mengarahkan pertanyaan untuk mengetahui apakah anak dapat mengambil pelajaran dari kegiatan outbound dan apakah anak kira-kira mampu menerapkannya di kehidupannya (Gaia, 2008 : 2).
Jenis Kegiatan Outbound di TK
Berdasarkan hasil penelitian penulis, pelaksanaan outbound di TK dibagi dalam dua kategori, yaitu outbound yang bersifat low impact dan high impact (Maryatun, 2010 : 106). Outbound yang sifatnya low impact merupakan kegiatan dengan resiko kecil dan
menggunakan alat yang dapat diperoleh dari lingkungan sekolah atau dibuat instruktur. Sementara outbound jenis high impact merupakan kegiatan dengan resiko lebih besar dan menggunakan alat-alat yang harus dibeli.
Jenis outbound low impact terdiri dari kegiatan kereta balon, moving water, kaki gajah, halang rintang, ekor balon, loncat jauh, jalan kepiting, hiking, susur gua, ayunan balistik, loncat ban, estafet bendera, estafet tongkat , games ball, rakit, moving gundu, bakiak race, moving gundu, senam ketangkasan, dan papan keseimbangan. Jenis outbound high impact terdiri dari kegiatan : flying fox, burma bridge, two-line bridge, landing net, dan army webb.
Pengertian Kerjasama
Kerja sama menurut Hafsah sering juga disebut dengan istilah kemitraan, yang berarti suatu strategi kegiatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Hafsah, 2008). Sementara Kusnadi mengartikan kerja sama sebagai dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu. Sementara menurut Schiller dan Bryant kerjasama adalah menggabungkan tenaga sendiri dengan tenaga orang lain untuk bekerja untuk mencapai tujuan umum.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kerjasama adalah aktivitas dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dalam jangka waktu tertentu. Dalam pendidikan anak usia dini, kerjasama dapat diartikan sebagai usaha bersama dalam menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan antara anak dengan anak ataupun antara anak dengan orang dewasa.
Anak Taman Kanak-kanak
Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0 (sejak lahir) hingga 8 tahun. Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dikatakan bahwa anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat usia dan kematangannya (KBK, 2004 : 4). Anak usia dini memiliki karakteristik sesuai usia dan
kematangan masing-masing. Sementara anak Taman Kanak-kanak sering juga disebut anak prasekolah adalah anak yang berada diusia 4 – 6 tahun (MG, 2002 : 18).
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah manusia berusia 0-8 tahun, dan anak usia TK adalah anak yang berada diusia 4 – 6 tahun dengan karakteristik masing-masing. Karakteristik tersebut perlu dioptimalkan guna terbentuknya pribadi anak usia dini yang utuh di masa mendatang. Pengoptimalan ini harus dilandaskan pada tahapan usia pada rentang usia dini, sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Kegiatan Outbound untuk Menanamkan Kerjasama
Berbagai kegiatan outbound yang dapat digunakan untuk menanamkan kerjasama pada anak sedikit berbeda dengan jenis kegiatan outbound yang biasa diterapkan untuk orang dewasa. Namun tidak semua kegiatan outbound yang dilaksanakan di TK dapat digunakan untuk menanamkan kerjasama ini, karena sebagian untuk pengembangan aspek yang lain. Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk menanamkan kerjasama antara lain :
1. High Impact
a. Kereta Balon
Permainan ini membutuhkan alat berupa balon yang diisi air. Permainan ini dimainkan dalam team yang anggotanya merupakan anggota kelompok (kelas) di TK yang melaksanakan kegiatan outbound. Anggota team berbaris dengan posisi tangan di belakang badan, sementara balon diapit oleh dada hingga perut anak yang di belakang dengan punggung anak yang ada di barisan depannya. Satu tema beranggotakan 4 – 5 anak yang harus menjaga agar tidak ada balon yang terjatuh di dalam teamnya. Agar balon tidak jatuh, maka harus ada koordinasi dan kerjasama antar kelompok. Kecepatan anak yang berada di baris depan harus memperhatikan kecepatan anak di belakangnya dan seterusnya. Team pemenang adalah team yang sampai finish terlebih dahulu.
b. Moving Water
Untuk melakukan kegiatan ini alat yang dibutuhkan adalah gelas plastik sejumlah anak dan ember berisi air. Kegiatan dilakukan dengan cara memindahkan air dalam ember ke ember lainnya dengan cara estafet dari satu gelas plastik ke gelas yang lain. Antar anggota kelompak harus menjaga kekompakkan agar air dalam gelas yang dipegangnya dapat dioper tanpa menumpahkan isinya. Kelompok yang embernya terisi air penuh terlebih dahulu keluar sebagai pemenang.
c. Halang rintang dan hiking
Kedua kegiatan ini hampir sama pelaksanaannya maupun alat yang dibutuhkan. Inti kegiatan anak berjalan di berbagai kondisi jalan dan melewati beberapa rintangan. Anak berjalan dalam kelompok yang dituntut masing-masing anggotanya untuk saling membantu ketika melewati rintangan ada di perjalanan.
d. Jalan Kepiting
Jalan kepiting membutuhkan tali yang terbuat dari kain agar tidak melukai tubuh anak. Cara melakukannya, anak berpasangan kemudian diikat di kaki yang berlawanan. Kaki kanan diikat pada kaki kiri pasangannya. Anak berlomba menuju finish dengan cara menyamping sehingga menyepuai jalannya kepiting. Pasangan yang lebih dahulu mencapai finish sebagai pemenangnya.
e. Estafet Tongkat
Seperti pada pelaksanaan estafet tongkat pada orang dewasa, estafet tongkat pada anak TK menggunakan alat dan tata cara pelaksanaan yang sama. Alat yang dibutuhkan hanya sebatang tongkat yang ukurannya disesuaikan dengan anak. Cara melakukannya dengan cara mengoper tongkat pada teman di depannya seperti pada estafet tongkat biasanya. Namun dapat juga dimodifikasi dengan membentuk anak berbanjar saling berhadapan. Anak berlari membawa tongkat ke seberang untuk diserahkan pada anak yang berada di barisan paling depan diseberang. Setiap anak dalam kelompok harus bekerjasama untuk menjaga agar tongkat tidak terjatuh ketika dioper.
f. Estafet Bendera
Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan estafet bendera adalah ember besar, ember kecil, dan bendera berukuran kecil. Anak dibagi dalam beberapa team yang masing-masing team harus memindahkan bendera dari ember besar di tengah ke ember kecil di kelompok masing. Masing-masing anggota kelompok berusaha memindahkan tongkat sambil menghindari agar tidak menabrak anggota kelompok lainnya yang berlari berlawanan arah dengannya.
g. Rakit
Kegiatan ini dilakukan di danau buatan menggunakan rakit buatan yang dikendalikan oleh dua instruktur. Tugas anak dalam rakit hanya menjaga keseimbangan
agar rakit tidak oleng dan tidak anak yang terjatuh ke air. Keseimbangan dijaga anak dengan mengatur posisi duduk, maupun cara berdiri di laut.
h. Bakiak Race
Dibutuhkan bakiak panjang yang berisi 3-4 selop, untuk 3-4 anak dalam kegiatan bakiak race ini. Kegiatan dilakukan dengan cara anak memakai bakiak yang setiap bakiaknya dinaiki 3 – 4 anak tergantung dari jumlah selop yang ada. Anak harus berjalan di atas bakiak yang dikemudikan oleh beberapa anak. Masing-masing anak yang mengemudikan bakiak harus menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh dan menyeragamkan gerakan agar bakiak dapat diangkat dan berpindah.
2. High Impact
a. Flying Fox
Adalah kegiatan menyeberangi wilayah atau danau luas dengan cara meluncur di seutas tali wire menuju tempat pendaratan dengan pengaman (harnes). Pada anak TK, peluncuran dilakukan berpasangan dimana masing-masing pasangan diharapkan saling menguatkan agar tidak takut dan dapat menjaga keseimbangan hingga sampai di tempat pendaratan.
b. Burma Bridge
Membutuhkan tali wire sebagai dan tambang sebagai tempat berpegangan. Anak berjalan di seutas tali setelah diikat dengan pengaman (harnes). Tambang pegangan dipasang sejajar dengan wire setinggi dada anak. Ketika berjalan di atas tali anak berjalan dengan cara menyamping. Sekali meniti dilakukan 2 – 3 anak sekaligus yang masing-masing mengingatkan untuk menjaga keseimbangan dan saling membantu agar tidak terpeleset pada tali.
c. Two-line Bridge
Hampir sama dengan burma bridge tapi pada two-line bridge tambang pegangan dibuat dua di sisi kanan dan kiri anak setinggi dada anak. Anak melintasi tali dengan cara berpegangan tangan kanan dan kiri serta berjalan maju bukan menyamping seperti pada burma bridge. Untuk tugas kerjasama, seperti halnya pada kegiatan burma bridge, kegiatan ini juga menuntut kegiatan saling membantu dan menjaga keseimbangan.
d. Army Webb
Merupakan kegiatan yang menggunakan jaring-jaring yang terbuat dari tambang dan anak memanjatnya. Anak memanjat tali pertali sambil memakai pengaman (harnes). Sekali memanjat dilakukan oleh minimal dua anak. Masing-masing anak tidak diijinkan menggangu anak yang memanjat bersamanya agar tidak terpeleset dalam lubang jaring dan terjatuh.