Sabtu

MARI BICARA PRAMUKA

MARI BICARA PRAMUKA


Kita pasti sepakat kalau dikatakan bahwa Gerakan pramuka sebagai wadah Pendidikan nonformal yang memiliki tanggungjawab dalam rangka mendidik dan membina pemuda Indonesia guna mengembangkan  mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisiknya sehingga menjadi sosok berkepribadian, berwatak,  dan berbudi pekerti luhur, mengedepankan nilai-nilai persaudaraan dan kasih sayang serta mencetak warga Negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam khasanah Kepramukaan dikatakan bahwa pramuka itu pada hakekatnya adalah Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi pemuda di bawah tanggungjawab orang dewasa, yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan di luar lingkungan pendidikan keluarga dan berkegiatan di alam terbuka sekaligus belajar hidup bermasyarakat dan mencintai lingkungan alam.
Dengan bahasa lain dapat dikatakan bahwa Gerakan Pramuka bertujuan mendidik pemuda Indonesia dengan prinsip-Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia, agar supaya : (1) Menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta : tinggi mental - moral - budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya; tinggi kecerdasan dan keterampilannya; kuat dan sehat fisiknya. (2) Menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara. Dalam Anggaran dasar Gerakan Pramuka dinyatakan bahwa Prinsip Dasar Kepramukaan adalah : (a) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya, (c) Peduli terhadap diri pribadinya, (d) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka. Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadinya, bagi peserta didik dibantu oleh pembina, sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Menerima secara sukarela Prinsip Dasar Kepramukaan adalah hakekat pramuka, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk sosial, maupun individu yang menyadari bahwa diri pribadinya : (a) Mentaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan beribadah sesuai tata-cara dari agama yang dipeluknya serta menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya, (b) Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama dengan mahkluk lain yang juga diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, khususnya sesama manusia yang telah diberi derajat yang lebih mulia dari mahkluk lainnya. Dalam kehidupan bersama didasari oleh prinsip peri kemanusiaan yang adil dan beradab, (c) Diberi tempat untuk hidup dan berkembang oleh Tuhan Yang Maha Esa di bumi yang berunsurkan tanah, air dan udara yang merupakan tempat bagi manusia untuk hidup bersama, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan rukun dan damai, (d) Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial serta memperkokoh persatuan, menerima kebhinnekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, (e) Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang/ memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidupnya. Karena itu manusia wajib peduli terhadap lingkungan hidupnya dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan lingkungan hidup yang baik. Sedang Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan. Keterkaitan itu terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan. Metode Kepramukaan sebagai suatu sistem, terdiri atas unsur-unsur yang merupakan subsistem terpadu dan terkait, yang tiap unsurnya mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta menunjang tercapainya tujuan. Metode Kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui : (a) Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka; (b) Belajar sambil melakukan; (c) Sistem berkelompok; (d) Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani pesertadidik; (e) Kegiatan di alam terbuka; (f) Sistem tanda kecakapan; (g) Sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri; (h) Sistem among. Pada masanya, bahkan sampai saat ini gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia yang diakui keberadaannya oleh pemerintah telah menjadi sebuah organisasi yang besar, dengan jumlah anggota yang besar. Namun demikian, kenyataannya sekarang ini kegiatan kepramukaan semakin dijauhi oleh para peserta didik, mereka cenderung memilih kegiatan ekstra kurikuler lain yang dianggap lebih “menjanjikan dan bergengsi”. Peserta didik mengenakan seragam pun semata karena menuruti peraturan sekolah. Begitu juga gaung kegiatan kepramukaan yang dulu pernah “moncer” seperti jambore dan raimuna, kini berlangsung hambar tanpa liputan media massa yang signifikan seperti jaman orde baru dulu. Mengapa bisa begini ? Mari kita mencoba menemukenali penyebab kurangnya minat peserta didik untuk mengikuti kegiatan kepramukaan yang dianggap sebagai kegiatan yang akrab dengan berbaris, bertepuk dan bernyanyi. Pada era perkembangan ilmu dan teknologi serta arus informasi yang demikian pesat dewasa ini, berbagai materi dan metode yang dipakai untuk pembinaan tidak mengalami pembaharuan. Para Pembina Pramuka terlalu berpegang pada pakem yang ada, tanpa berupaya menyesuaikan dengan kemajuan dan kebutuhan kekinian. Memang prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan senantiasa harus dipegang teguh dalam proses pendidikan kepramukaan, karena hal itu merupakan ciri utama yang membedakan antara pendidikan kepramukaan dengan bentuk pendidikan lainnya. Namun materi yang diberikan serta metode pembelajarannya harus selalu dikembangkan sesuai perubahan jaman. Untuk itulah pola pembinaan sekaligus metode pendekatannya haruslah diperbaharui, untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Konteks menyesuaikan jaman artinya adalah melakukan pembaharuan kegiatan kepramukaan sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan peserta didik pada jaman dimana ia hidup. Kalau perlu dikemas sedikit “gaul” untuk menarik minat peserta didik, tanpa mengurangi ruh pramuka. Sejalan dengan itu, Fauzi, seorang pengamat pendidikan nonformal mengatakan dewasa ini kegiatan kepramukaan jauh kalah populer dibanding dengan kelompok pecinta alam. Perkembangan kegiatan kelompok pecinta alam sudah sedemikian pesatnya sehingga muncul aktivitas yang menarik bagi remaja seperti panjat tebing, caving, dan mountainering. Pada perkembangan yang sama sebagian besar kegiatan Pramuka masih melakukan kegiatan alam terbuka seperti acara mencari jejak, permainan tali temali dan berbagai macam sandi yang dipandang oleh remaja terlalu monoton dan sudah kuno. Padahal sejarah pertumbuhan Gerakan Pramuka di Indonesia lebih tua dibanding dengan kelompok pecinta alam. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal sebagian besar aktivitas pendidikan kepramukaan adalah di alam terbuka serta diikuti usaha mengenal dan menanamkan rasa mencintai alam. Keadaan ini tidak akan terjadi manakala Pembina mampu mengembangkan dan mengemas kegiatan sesuai dengan minat peserta didik. Untuk itulah sudah saatnya Gerakan Pramuka melakukan kajian mengenai usaha meningkatkan relevansi pendidikannya, utamanya menyesuaikan materi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan perubahan jaman dan kebutuhan masyarakat. Usaha itu adalah upaya untuk menarik minat peserta didik pada kegiatan kepramukaan. Dengan kata lain, pembinaan kepribadian dan watak generasi muda melalui pendidikan kepramukaan harus disesuaikan dengan nilai dan norma sosial, ekonomi dan politik yang berkembang di masyarakat serta kemajuan teknologi yang serba canggih. Pertanyaan yang perlu dijawab bersama-sama adalah bagaimana mengemas materi dan metode pembinaan kepramukaan yang disesuaikan dengan permasalahan aktual yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia ?. Hal ini mengingat bahwa gerakan Pramuka hidup dan bergerak di tengah masyarakat dan berusaha membentuk tenaga kader pembangunan yang berguna bagi masyarakat. Karenanya gerakan Pramuka harus memperhatikan pula keadaan, kemampuan, adat dan harapan masyarakat, sehingga Gerakan Pramuka terutama pada satuan-satuannya dapat menyiapkan tenaga Pramuka sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat setempat. Dari paparan diatas, semoga bisa menjadi bahan renungan bagi para pegiat pendidikan nonformal, baik itu penilik, pamong belajar dan para pengelola PKBM yang telah mengikuti orientasi teknis kepramukaan, ketika nanti harus membentuk gugus depan pramuka yang berpangkalan di SKB atau PKBM dengan dengan cirri khas nonformalnya. Hal ini mengingat bahwa karakteristik peserta didik dan pendukung lainnya tidak seperti pada jalur pendidikan formal, sehingga dapat dipastikan akan banyak menemui kendala. Untuk itulah dengan mencermati paparan diatas yang didasarkan pada konsep pendidikan kepramukaan yang baku, para pegiat pendidikan nonformal bisa mensiasatinya agar gagasan pembentukan pramuka nonformal membuahkan hasil yang menggembirakan sekaligus membanggakan. Salam Pramuka. [eB/staf bppnfi reg4.sby]