Gunung Merapi berada di jalur kosmologis penting dalam kultur Jawa. Gunung api aktif itu berada dalam satu poros Utara-Selatan Keraton Yogyakarta dan Laut Selatan atau Samudera Hindia.
Hubungan magis dan historis Gunung Merapi dengan Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kemudian menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) setelah bergabung dengan Republik Indonesia itu diwakili dengan kehadiran Mbah Maridjan.
Pria 83 tahun yang ditemukan wafat dalam posisi sujud di dapur kediamannya pada Rabu (27/10) sekitar pukul 05.00 itu menjadi juru kunci Gunung Merapi.
Posisinya itu didapatkan berdasarkan amanah yang dia terima dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, ayahanda Sultan Hamengkubuwono X yang kini memegang tampuk Keraton Yogyakarta dan DIY. Diapun mendapat gelar Mas Penewu Surakso Hargo.
Gunung Merapi dipercaya sebagai pusatnya kerajaan mahluk ghaib di Tanah Jawa. Penempatan Juru Kunci itu dipercaya sebagai perutusan untuk menjaga harmoni hubungan antara kerajaan ghaib dan kerajaan manusia (Jawa). Antara manusia dan alam semesta.
Secara periodik, sang juru kunci memimpin upacara adat atau ritual tradisional di puncak atau lereng Merapi. Ritual itu biasanya diadakan bersamaan dengan peringatan pengukuhan Sultan Yogyakarta.
Bagi masyarakat Jawa, terutama Jawa kuno, Gunung Merapi, Laut Selatan dan Keraton Yogyakarta mengandung pemahaman kosmologi tersendiri. Dalam kosmologi Jawa, kehidupan di dunia merupakan sebuah harmoni antara mikrokosmos (jagat cilik) dan makrokosmos (jagat gede).
Keharmonisan itu harus dijaga satu sama lain, tidak boleh terjadi ketimpangan. Gunung Merapi dan Laut Selatan dipercaya sebagai pusat kedudukan mikrokosmos itu. Sedangkan Keraton merupakan pusat makrokosmos.
Merapi di utara dipercaya sebagai pusat raja jin dan Samudra Indonesia di selatan diyakini sebagai pusat tahta Ratu Kidul. Itulah mengapa penghuni Keraton selalu melakukan upacara labuhan di Merapi dan Laut Selatan. Di sinilah peran Mbah Maridjan sebagai juru kunci Merapi memegang peranan penting.
Bagi Keraton Yogyakarta, Merapi menjadi simbol kosmologis yang membentuk poros sakral Utara-Selatan. Puncak Merapi sebagai poros Utara yang kemudian ke Laut Selatan melintasi Monumen Tugu di dekat Stasiun Kereta Api terus sepanjang Jalan Malioboro.
Dari Jalan yang kesohor itu, garis kosmik Poros Utara-Selatan itu membentang ke Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta menuju Alun-Alun Selatan. Selanjutnya, garis itu melintas ke Bantul sebelum akhirnya menuju Laut Selatan yang dalam masyarakat Jawa diyakini di bawah kekuasaan Nyi Roro Kidul. Konon, penguasa Laut Kidul itu menjadi selir setiap Sultan Yogyakarta.
Hubungan magis dan historis Gunung Merapi dengan Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kemudian menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) setelah bergabung dengan Republik Indonesia itu diwakili dengan kehadiran Mbah Maridjan.
Pria 83 tahun yang ditemukan wafat dalam posisi sujud di dapur kediamannya pada Rabu (27/10) sekitar pukul 05.00 itu menjadi juru kunci Gunung Merapi.
Posisinya itu didapatkan berdasarkan amanah yang dia terima dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, ayahanda Sultan Hamengkubuwono X yang kini memegang tampuk Keraton Yogyakarta dan DIY. Diapun mendapat gelar Mas Penewu Surakso Hargo.
Gunung Merapi dipercaya sebagai pusatnya kerajaan mahluk ghaib di Tanah Jawa. Penempatan Juru Kunci itu dipercaya sebagai perutusan untuk menjaga harmoni hubungan antara kerajaan ghaib dan kerajaan manusia (Jawa). Antara manusia dan alam semesta.
Secara periodik, sang juru kunci memimpin upacara adat atau ritual tradisional di puncak atau lereng Merapi. Ritual itu biasanya diadakan bersamaan dengan peringatan pengukuhan Sultan Yogyakarta.
Bagi masyarakat Jawa, terutama Jawa kuno, Gunung Merapi, Laut Selatan dan Keraton Yogyakarta mengandung pemahaman kosmologi tersendiri. Dalam kosmologi Jawa, kehidupan di dunia merupakan sebuah harmoni antara mikrokosmos (jagat cilik) dan makrokosmos (jagat gede).
Keharmonisan itu harus dijaga satu sama lain, tidak boleh terjadi ketimpangan. Gunung Merapi dan Laut Selatan dipercaya sebagai pusat kedudukan mikrokosmos itu. Sedangkan Keraton merupakan pusat makrokosmos.
Merapi di utara dipercaya sebagai pusat raja jin dan Samudra Indonesia di selatan diyakini sebagai pusat tahta Ratu Kidul. Itulah mengapa penghuni Keraton selalu melakukan upacara labuhan di Merapi dan Laut Selatan. Di sinilah peran Mbah Maridjan sebagai juru kunci Merapi memegang peranan penting.
Bagi Keraton Yogyakarta, Merapi menjadi simbol kosmologis yang membentuk poros sakral Utara-Selatan. Puncak Merapi sebagai poros Utara yang kemudian ke Laut Selatan melintasi Monumen Tugu di dekat Stasiun Kereta Api terus sepanjang Jalan Malioboro.
Dari Jalan yang kesohor itu, garis kosmik Poros Utara-Selatan itu membentang ke Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta menuju Alun-Alun Selatan. Selanjutnya, garis itu melintas ke Bantul sebelum akhirnya menuju Laut Selatan yang dalam masyarakat Jawa diyakini di bawah kekuasaan Nyi Roro Kidul. Konon, penguasa Laut Kidul itu menjadi selir setiap Sultan Yogyakarta.